• PROFIL
    • Sejarah
    • Visi Misi & Motto
    • Logo Yayasan
    • Fasilitas
  • PERKENALAN UNIT
    • TK
    • SD
    • SMP
    • SMA
    • DAYCARE
    • KLINIK
  • BERITA DAN ARTIKEL
  • CONTACT US
  • PPDB
Menu
  • PROFIL
    • Sejarah
    • Visi Misi & Motto
    • Logo Yayasan
    • Fasilitas
  • PERKENALAN UNIT
    • TK
    • SD
    • SMP
    • SMA
    • DAYCARE
    • KLINIK
  • BERITA DAN ARTIKEL
  • CONTACT US
  • PPDB

Makanya, Namanya Batu Ajaib, Miss!

  • May 14, 2025
  • Redaksi Yayasan ST. Yakobus

“Oh.. Miss, soalnya yang warna hijau belum layu,” ucap seorang anak kecil kepada Ms Iin, seorang guru TK St. Yakobus di kebun Laodato Si.

Salah seorang temannya segera menimpali, ”Kalau yang kering ini kasar, Miss. Soalnya dia udah gak hijau lagi.”

Lontaran-lontaran jawaban dari suara centil itu demikian bersemangat dalam sesi nature class, salah satu program unggulan di TK St. Yakobus yang menjadi sesi favorit peserta didik.

Lontaran jawaban dari kedua yakobian cilik tadi adalah tanggapan dari pertanyaan yang diajukan oleh sang guru: mengapa daun yang hijau lebih halus daripada daun yang kering.

Pagi itu, para yakobian cilik diajak berekplorasi di luar kelas. Tugas mereka adalah mencari daun yang telah rontok dari pohon, baik daun yang masih hijau maupun daun yang telah kering. Selanjutnya, mereka memilah mana daun yang berukuran besar dan mana yang kecil. Daun-daun yang telah dipilah akan mereka tempelkan di dua helai kertas. Satu kertas untuk daun yang berukuran besar. Kertas lainnya untuk daun berukuran kecil.

“Dari kegiatan ini, kami ajak mereka untuk mengenal konsep pra matematika, yaitu membandingkan perbedaan,” ujar Ms Iin ketika ditemui di komplek TK St. Yakobus, Jumat (29/11/2024).

Pada kesempatan itu, Ms Iin juga menjelaskan, ada banyak hal yang bisa dipelajari oleh para yakobian cilik ketika menjalani nature class.

Selain membandingkan perbedaan, para yakobian juga berlatih mengenali tekstur permukaan yang mereka sentuh. “Ini adalah latihan aspek sensorik di tangan mereka,” kata Ms Iin lebih lanjut.

Tak hanya meraba lewat sentuhan, para yakobian juga dipancing untuk berpikir sendiri dengan cara diberi pertanyaan pemantik. Selanjutnya, mereka yang berpikir dan menemukan jawaban. Mereka pun mampu memberikan jawaban dengan bahasa mereka sendiri.

Sebelum memulai nature class, para yakobian cilik harus berbaris rapi.

“Coba lihat teman kamu yang ada di depan dan belakang. Jangan sampai ada yang mendahului,” ujar sang guru sebelum mereka berjalan menuju kebun Laudato Si yang berada di bagian belakang komplek Sekolah St. Yakobus.

Para yakobian cilik pun langsung menoleh ke depan dan belakangnya. Mereka menyadari siapa saja teman-teman yang ikut berbaris. Dengan cara ini, mereka belajar budaya antri dan tidak saling mendahului.

Cara lain untuk mengajarkan budaya antri adalah penggunaan minyak sereh atau lotion anti nyamuk bagi anak yang alergi terhadap minyak sereh. Mengolesi lotion atau minyak sereh ini berguna untuk mencegah gigitan nyamuk atau serangga ketika mereka bereksplorasi di nature class.

Setelah mereka faham manfaat lotion atau minyak sereh yang disampaikan guru, mereka akan segera meminta guru mengolesinya. Saat inilah mereka harus menyadari bahwa mereka tidak bisa berebutan. Mereka harus berbaris dan antri.

Para guru TK St. Yakobus kerap menemukan beberapa anak usia 4-5 tahun yang sudah bisa berhitung, menulis dan membaca. Ini merupakan hal baik yang bisa membantu perkembangan sang anak.

Namun, ada satu hal yang jadi perhatian para guru, yaitu kesiapan sang anak untuk melakukan itu semua.

“Yang kami perhatikan adalah fondasinya. Apakah anak itu sudah siap pegang pensil?” ujar Ms Iin.

Fondasi ini juga dipersiapkan oleh para guru TK St. Yakobus dalam aneka kegiatan di nature class. Salah satu kegiatannya adalah menggunakan batu kecil sebagai pengganti kapur tulis.

Para yakobian cilik diminta mencari batu kecil yang ukurannya cukup dalam genggaman tangan mereka. Mereka cukup mencari satu batu dan menggunakannya untuk mewarnai paving blok yang tersedia.

“Dengan cara ini, tangan mereka terlatih untuk memegang sesuatu. Aspek sensorik juga bekerja di sini. Pada akhirnya, nanti tangan mereka akan siap untuk menulis menggunakan pensil,” kata Ms Iin.

Cara sederhana dan menyenangkan namun efektif menyediakan fondasi kokoh untuk sang anak. 

Saking menyenangkan bagi sang anak, batu-batu kecil ini dianggap sebagai krayon yang biasa digunakan untuk menggambar.

“Miss, aku bisa warnai pakai batu ini loh! Bisa dikantongin lagi. Makanya, namanya batu ajaib, Miss!” ujar sang anak.

Previous
Next
Tautan
  • Klinik Bina Kasih
  • Berita
  • Kalender Akademik
Instagram Youtube Whatsapp
Menu
  • PROFIL
    • Sejarah
    • Visi Misi & Motto
    • Logo Yayasan
    • Fasilitas
  • PERKENALAN UNIT
    • TK
    • SD
    • SMP
    • SMA
    • DAYCARE
    • KLINIK
  • BERITA DAN ARTIKEL
  • CONTACT US
  • PPDB
  • PROFIL
    • Sejarah
    • Visi Misi & Motto
    • Logo Yayasan
    • Fasilitas
  • PERKENALAN UNIT
    • TK
    • SD
    • SMP
    • SMA
    • DAYCARE
    • KLINIK
  • BERITA DAN ARTIKEL
  • CONTACT US
  • PPDB
Temukan Kami

Yayasan Santo Yakobus

  • Jl. Pegangsaan Dua KM 3,5 Kelapa Gading, Jakarta utara.
  • Senin - Jumat
  • 07.00 - 16.00

Copyright © 2024 Yayasan Santo yakobus. All Rights Reserved.