MINE : Bermain Sambil Belajar

Foto : Anggota MINE tahun ajaran 2024/2025.

Kedua anak perempuan itu terikat di kursinya masing-masing. Kegelapan mengelilingi mereka.

“Ayo.. buruan cari kuncinya!” teriak salah satu anak perempuan itu.

“Sabar dong! Ini juga lagi nyari kunci”, ujar salah seorang temannya di salah satu sudut ruang kelas yang gelap.

Seorang anak perempuan lainnya yang terikat mulai menggerakkan lengan dan kakinya. Ia sadar gerakannya tak akan membebaskan dirinya. Namun sebisa mungkin ia bergerak hanya untuk mengendorkan sedikit ikatan itu.

Lima teman lainnya masih saja berusaha mencari kunci di tengah kegelapan yang membatasi penglihatan mereka.

“Naaah! Ketemu kuncinya!” teriak salah seorang temannya sambil bergegas menuju temannya yang terikat.

“Kok gak bisa?!”

“Aakh… bukan ini kuncinya!”

Mereka berkutat mencari kunci yang tepat untuk membuka ikatan yang melilit kedua temannya.

Keseruan itu terjadi di sebuah ruang kelas di kompleks Sekolah Santo Yakobus, Kelapa Gading, Sabtu (15/2/2025).

Permainan ini bukan sebuah keisengan. Namun, salah satu aktivitas dalam program kegiatan bagi tim MINE SD Santo Yakobus yang diampu oleh tim kesiswaan.

Foto : Anggota MINE Mengikuti Kegiatan di Lapangan

Pada sebuah kesempatan, di tahun ajaran 2022-2023, Heni Setyo Puji Lestari yang kala itu menjadi Wakil Kepala Kurikulum Unit SD Santo Yakobus ingin membuat sebuah tim yang terdiri dari peserta didik yang terlibat dalam kegiatan di sekolah.

“Awalnya itu saya berpikir terkait tujuan pendidikan di SD. Ini sebenarnya esensinya apa?” ujar Heni ketika ditemui di salah satu ruang kelas, akhir Maret 2025.

Menurutnya, esensi pendidikan di jenjang sekolah dasar adalah memberikan bekal kepada para peserta didik terkait dengan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan karakter. Nantinya, hal-hal tersebut akan berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari di masa mendatang.

Akhirnya ia bersama tim kesiswaan mulai bergerak membentuk tim ini. Mereka lantas bekerja sama dengan wali kelas untuk menjaring peserta didik yang kiranya layak masuk tim ini.

Syarat bagi peserta didik cukup sederhana. Selain memiliki sikap yang baik, peserta didik harus punya kemampuan akademik di atas rata-rata.

Lebih lanjut, Ibu Heni bercerita, peserta didik yang tergabung dalam tim MINE angkatan pertama banyak mengalami kebingungan.

Mereka bertanya,” Ibu, apa yang harus kami lakukan? Tugas kami apa?”

Heni menyampaikan hal yang sederhana dahulu, seperti tugas budaya salam, tugas sebagai petugas tata tertib saat perayaan ekaristi. Selain itu, mereka juga bertugas mengondisikan teman-temannya saat jam istirahat. Ketika di kelas, mereka mengontrol kondisi kelas.

Hingga pada suatu saat, mereka sadar dan berkata,”Oh… intinya berarti kami harus jadi teladan untuk teman-teman yang lain ya Bu!”

Bicara tentang karakter bagi bekal peserta didik tingkat SD, sebenarnya ada banyak sekali. Dari serangkaian diskusi, Heni dan tim kesiswaan mengerucutkannya menjadi 4 nilai, yaitu mindfulness, intelligence, networking dan empowerment.

Mindfulness adalah perhatian, dalam arti peka. Anggota tim MINE harus peka dengan orang lain, lingkungan sekitar, situasi dan kondisi secara umum.

Inteligence berkaitan dengan pengetahuan. Pengetahuan yang mumpuni mesti menjadi hal penting agar anggota tim MINE tidak hanya aktif di kegiatan, namun juga menonjol secara akademik.

Networking diterjemahkan sebagai kemampuan berkomunikasi yang baik. Nilai ini berlandaskan pada kesadaran bahwa manusia pasti punya hubungan dengan orang lain dalam jejaring sosial di kehidupannya. Dengan kemampuan bertata bahasa yang baik dan sopan, mereka akan menjalin hubungan sosial yang baik.

Empowerment atau pemberdayaan. Heni percaya, setiap pribadi punya kelebihan masing-masing. Mereka punya talenta, kompetensi dalam dirinya.

“Dengan kita memberikan kesempatan lebih awal di jenjang SD, untuk mereka bereksplorasi, tentunya talenta, kompetensi, mereka akan semakin terasah dan berkembang,” ujar Heni.

Dari 4 nilai inilah, tim guru mengagas nama MINE yang merupakan singkatan dari Mindfulness, Intelligence, Networking dan Empowerment.

Foto : Anggota MINE mengikuti kegiatan di ruang kelas.

Seusai menyelesaikan permainan di kelas, Chloe dan Aulia, peserta didik kelas 6C, merapikan dan membersihkan ruang kelas yang tadi menjadi arena permainan. Perlengkapan yang menjadi penunjang permainan mulai dikumpulkan satu persatu. Sampah plastik seperti bungkus permen dan bungkus roti pun mereka punguti.

“Kita harus sabar, tetap tenang walau ada keadaan darurat. Waktu anak buah kita atau pemimpin kita sedang dalam bahaya, kita harus tetap tenang,” ujar Chloe saat ditanya tentang apa yang harus dilakukan ketika situasi darurat.

Chloe mengakui, tantangan tersulit dalam permainan tadi adalah mencari kunci yang tepat. Mereka sempat beberapa kali terkecoh oleh kunci pengecoh yang telah mereka temukan.

Namun, ia juga menganggap kerjasama dan bisa mencapai tujuan hingga akhirnya merasa lega merupakan sesuatu yang seru dalam permainan tadi.

Hal senada juga disampaikan Aulia. Menurutnya, momen seru yang dirasakannya adalah ketika mencari kunci. Tak mudah menemukan kunci yang tepat.

“Tapi kalau sudah ketemu kuncinya, rasanya ya mau bebas,” ujar Aulia.

Merasakan dan menikmati permainan bersama teman-teman di luar kegiatan belajar sungguh menyenangkan bagi tim MINE. Melalui permainan pula, para guru pendamping membentuk mereka.

“Rencana ke depannya itu ketika nanti mereka sudah di jenjang SMP, paling tidak mereka sudah pernah mempunyai pengalaman berorganisasi ketika di SD,” kata Heni.

Pelajaran tentang nilai, karakter dan kepemimpinan akan mereka peroleh melalui permainan yang seru dan menyenangkan. Persis inilah yang dirumuskan Nikolaus Driyarkara tentang manusia dan permainan demikian: 

Bermainlah dalam permainan

tetapi jangan main-main.

Mainlah dengan sungguh-sungguh,

tetapi permainan jangan dipersungguh.

Kesungguhan permainan

terletak dalam ketidak-sungguhannya.

Sehingga permainan yang dipersungguh

tidaklah sungguh lagi.

Mainlah dengan eros

tetapi janganlah mau dipermainkan eros.

Mainlah dengan agon

tetapi janganlah mau dipermainkan agon.

Barang siapa mempermainkan permainan

akan menjadi permainan permainan.

Bermainlah untuk bahagia

tetapi janganlah mempermainkan bahagia.