“Mereka ini Anak-anak Hebat!”

Foto : Kenneth, Rio, dan Rico, perwakilan SMP Santo Yakobus dalam ajang OSN.

Siapa yang mau datang ke sekolah, pakai baju seragam layaknya hari biasa dan mengerjakan soal yang lebih rumit dari soal ujian akhir semester di masa libur akhir tahun ajaran?

Hanya mereka yang spesial saja yang mau berjibaku dengan soal semacam itu di hari libur.

Pagi itu, beberapa peserta didik SMP Santo Yakobus mengikuti ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat kotamadya di salah satu ruang kelas TK Santo Yakobus, Rabu, 18 Juni 2025.

“Ya deg-degan, tapi gak terlalu sih,” ujar Frederico Kartawinata.

Sebelum masuki ruang kelas, ia mengira soalnya akan sulit.

“Tapi kenyataannya gak terlalu susah,” katanya.

Siswa kelas 8 yang biasa dipanggil Rico ini merasa sangat percaya diri mengerjakan soal biologi. Sedangkan soal fisika terasa sulit. Soal fisika menjadi tantangan tersendiri bagi para peserta.

“Karena yang (soal) fisika itu kayak ngitung tapi seperti gak ngitung. Ada konsep-konsep yang dipakai. Yang dihitung itu konsepnya. Jadi lebih susah dari ngitung biasa,” jelas Kenneth, siswa kelas 9 yang juga mengikuti OSN bersama Rico hari itu.

Menyadari rumitnya soal fisika, Gregorius Dwi Putra, siswa kelas 9 yang kerap dipanggil Rio ini tetap optimis dengan hasil kerjanya. Rio tetap berharap bisa lolos ke tingkat selanjutnya, yaitu tingkat provinsi.

Bagaimana jika gagal lolos dari tingkat kotamadya?

“Kalaupun gak lolos dari OSN ini, ya sudah bisa belajar. Kan materinya dari tingkat-tingkat di atas kita. Jadi kalau nanti saya naik kelas, sudah lebih gampang belajarnya,” kata Rio.

Mereka bertiga mengerjakan soal mata pelajaran (mapel) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mapel ini tidak jauh dari cita-cita mereka. Rio berencana jadi dokter forensik. Sedangkan Ken ingin menjadi seorang insinyur.

“Kalo aku sih belum tahu!” ujar Rico sambil tertawa ringan, ketika ditanya cita-citanya kelak.

Foto : Bagi Vallerie Irvine, salah satu perwakilan Peserta didik SMA Santo Yakobus yang mengikuti OSN Ekonomi.

OSN dan masa depan

Bagi Vallerie Irvine, siswi kelas 12 SMA Santo Yakobus, mengikuti OSN untuk mapel ekonomi bukanlah pengalaman rumit. Baginya, pengalaman ini hanyalah coba-coba saja.

Namun justru dengan memaknai pengalaman secara sederhana itu, baginya sangatlah jelas hal ini mendukung rencana hidupnya di masa depan.

Bicara tentang ekonomi, Vallerie suka isu permintaan, penawaran, krisis ekonomi dan penyebabnya. Menurutnya, dinamika ekonomi bisa diprediksi, tapi banyak orang yang seakan telat memprediksinya. Dengan belajar ekonomi, ia juga bisa belajar apa saja dampaknya dan apa yang bisa dilakukan pemerintah saat terjadi krisis.

“Ekonomi yang mau saya ambil itu berkaitan dengan hukum ekonomi. Saya mau fokus di hukum bisnis,” ujar Vallerie dengan nada tegas. 

Darrian Washington Halim, siswa kelas 12 SMA Santo Yakobus yang mengikuti OSN mapel Kimia mengatakan hal senada dengan Valerie.

“Dengan belajar soal OSN sendiri bisa bikin saya jauh lebih siap untuk nanti kelas 12 dan kuliah. Nah saya jadi lebih tahu gambarannya karena soal OSN ini lebih dikhususkan soal-soal untuk persiapan kuliah,” kata Darian yang berencana kuliah teknik kimia.

Maximilian David Chai, teman seangkatan Darrian yang juga mengikuti OSN mapel kimia merasa tidak rugi mengikuti ajang tahunan ini.

Mengikuti program Bina Prestasi (Binpres) selama setahun untuk mempersiapkan diri bertanding di OSN bukanlah kerugian. Menekuni kimia yang mengharuskannya menganalisis data dalam uji coba, menurut Max, akan berguna untuk penulisan karya tulis dan skripsi.

Foto : Maximilian David Chai, salah satu perwakilan Peserta Didik SMA Santo Yakobus yang mengikuti OSN Kimia.

Bina prestasi

Ditemui usai mendampingi 36 peserta didik SMA Santo Yakobus yang berjibaku mengerjakan soal OSN, Sri Supatmi, guru kimia sekaligus koordinator program Bina Prestasi (Binpres) SMA Santo Yakobus, melihat semangat mereka sungguh luar biasa.

“Ketika anak bersemangat mau belajar dan datang ke sekolah untuk belajar lebih dari yang lain itu sudah luar biasa bagi saya. Dan tahun ini saya melihat hal tersebut,” ujarnya.

Untuk mempersiapkan peserta OSN, Patmi memetakan soal OSN selama 3 tahun berdasarkan lingkup materi.

“Kami ajarkan sesuai lingkup materi tersebut dan kerjakan soal sesuai materi-materi tersebut dan kami berikan secara intensif sesering mungkin.”

Baginya, pengalaman mendampingi anak didiknya di ajang OSN adalah kesempatan untuk berproses dan tantangan tersendiri.

“Ketika kita mendampingi anak-anak yang fokus di OSN itu materinya satu level lebih tinggi. Jadi saya juga tertantang sebagai gurunya untuk belajar lebih,” kata Patmi.

Lebih spesifik perihal peserta OSN-K tingkat SMP, Rini Untari, Wakil Kepala SMP Santo Yakobus bidang kurikulum sekaligus guru bahasa Indonesia bercerita, mereka harus kesampingkan kegiatan lain dan utamakan binpres.

Ketika pekan Penilaian Harian (PH), kegiatan ekstrakurikuler akan dihentikan bagi peserta didik agar mereka dapat belajar dan mempersiapkan diri. Lain halnya dengan para peserta OSN. Mereka justru tetap mengikuti binpres. Bahkan, ketika hari libur pun mereka harus belajar di binpres.

Mereka hanya sanggup menjalani itu semua jika mereka memiliki kemauan ‘lebih’ dari teman-teman lainnnya.

“Yang pasti, mereka ini anak-anak hebat!” ujar Rini.***