Foto : Potret dua yakobian saat pertama kali menggunakan RVM PlasticPay.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan, sampah jenis plastik di DKI Jakarta mencapai 19,18 persen pada tahun 2022. Setahun kemudian, angka tersebut meningkat ke angka 22,95 persen. Persentase ini tetap bertahan di angka tersebut hingga tahun 2024.
Dengan persentase tersebut, kategori sampah jenis plastik menempati peringkat ketiga setelah kategori sampah sisa makanan dan sampah kayu atau ranting.
Angka persentase yang sedemikian besar belum disertai dengan sistem pengolahan yang memadai. Maka, tidak mengherankan jika persoalan pencemaran di tanah dan air menjadi isu penting di DKI Jakarta.
Apakah hal ini menjadi alasan bagi kita untuk bersikap pesimis?
Tidak. Ada beberapa pihak yang telah menjalankan ekonomi sirkular yang mengolah sampah plastik menjadi benda yang dapat digunakan kembali. Dari proses pengolahan ini, ada sejumlah uang yang beredar dan melibatkan banyak pihak sehingga berdampak secara sosial, ekonomi dan lingkungan.
Pengolahan paling sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan memilah sampah berdasarkan jenisnya.
Foto : Antusiasme karyawan dan wali murid saat masa uji coba RVM di lingungan Sekolah Santo Yakobus.
Para Yakobian telah melakukan pemilahan tersebut ketika hendak membuang sampahnya di kompleks sekolah. Sekolah Santo Yakobus menyiapkan tiga tempat sampah yang tersebar di berbagai titik lokasi di unit TK, SD, SMP, SMA, dan Klinik Bina Kasih.
Melalui tiga tempat sampah yang berbeda, para Yakobian telah terbiasa memilah tiga kategori sampah. Kategori organik adalah sampah sisa makanan, daun, kulit buah dan sampah dapur. Kategori kertas adalah tissue, karton, kardus dan koran. Kategori anorganik adalah botol, gelas, plastik, mika, kaca, styrofoam dan gabus.
Pada semester gasal tahun ajaran 2025-2026, Sekolah Santo Yakobus melangkah lebih jauh dari sekadar membentuk kesadaran memilah sampah.
Terhitung sejak bulan Oktober 2025, Sekolah Santo Yakobus bekerja sama dengan Pasific Paint menyediakan sebuah reverse vending machine (RVM) untuk menampung botol plastik ukuran tertentu.
“Mesin ini merupakan sarana untuk tindakan kecil kami mencintai bumi secara konkrit, dalam hal ini adalah mengurangi sampah berbentuk botol plastik,” ujar YP. Wahyu Gunawan, Staf Strategi & Inovasi Sekolah Yayasan Santo Yakobus.
RVM yang berlokasi di area membran, titik strategis yang dapat dijangkau oleh setiap orang yang berkunjung ke kompleks Sekolah Santo Yakobus, ini dapat digunakan oleh masyarakat yang berada di sekitar sekolah. Akses penggunaan RVM terbuka untuk umum setiap hari, mulai pukul 06.00 pagi hingga pukul 19.00 malam.
Lebih lanjut, Wahyu juga menjelaskan, RVM ini mampu memberikan daya tarik tersendiri. Dengan demikian, tindakan nyata pengolahan sampah tidak hanya sekadar memilah sampah.
Foto : Kayla saat melihat jumlah point miliknya setelah menyetorkan botol plastik untuk di daur ulang.
“Bisa dapat uang!” ujar Andrea Evangeline, Yakobian kelas VIII-C di depan RVM, ketika ditanya tentang hal menarik dari keberadaan RVM. Hal ini juga diakui Jamie Wu, Yakobian kelas VIII-D yang siang itu menemani Andrea.
Selain mendapatkan uang, Jamie mengatakan, dirinya bisa mengurangi sampah, khususnya botol plastik. Tentang jumlah botol plastik yang disetor, Jamie menyebut tiga botol. Sedangkan Andrea samar-samar mengingatnya. “Antara empat atau lima botol,” ujarnya.
Bagi Andrea, botol yang ia setor biasanya botol yang ia temukan di kompleks sekolah. Berbeda dari Andrea, Jamie justru membawa botol dari rumah yang telah ia kumpulkan.
Akhir Oktober 2025, Kayla Orianna Lumanto, Yakobian kelas XII-3 ‘tertangkap basah’ hendak menyetor beberapa botol plastik ke RVM.
Ia membawa tas selempang berisi botol plastik. Tangannya menggenggam telepon cerdas miliknya. Pada tampilan layar, tampak jumlah botol yang sudah ia setor. Belum genap sebulan, Kayla sudah menyetor 26 botol. Dari jumlah itu, ia mendapatkan 1.456 point yang bisa ia transfer ke dompet digital.
“Motivasinya, dapat duit. Lumayan…” kata Kayla sembari tersenyum ketika ditanya tentang motivasinya menyetor botol plastik ke RVM.
Foto : Yakobian TK mengikuti Nature Class di kebung Laodato Si Sekolah Santo yakobus.
“Sebagai seorang Yakobian, kami menyadari, melestarikan lingkungan hidup bukan hanya tentang mengumpulkan botol plastik dan menyetorkannya sehingga mendapatkan sejumlah uang elektronik,” ungkap Ibu Juliana Chen, Pelaksana Harian Yayasan Santo Yakobus.
Ia menjelaskan, “Melalui tindakan ini, kami mewujudkan nilai Responsible dari GREAT Yakobian.”
Lebih lanjut, Ibu Juliana mengatakan, seorang Yakobian selayaknya memiliki kesadaran dan tindakan nyata untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup.
Dengan kata lain, seorang Yakobian memiliki kesadaran bahwa setiap pribadi adalah bagian dari semesta. Hal ini senada dengan pemahaman Paus Fransiskus tentang lingkungan yang tertulis dalam dokumen Laudato Si:
“Ketika berbicara tentang “lingkungan”, kita menunjuk secara khusus pada suatu relasi, yaitu antara alam dan masyarakat yang menghuninya. Hal itu mencegah kita untuk memahami alam sebagai sesuatu yang terpisah dari kita atau hanya sebagai kerangka kehidupan kita. Kita adalah bagian dari alam, termasuk di dalamnya, dan terjalin dengannya.”
***
Penasaran bagaimana cara pakai RVM nya? yuk simak instagram @sekolahsantoyakobus