“Dia Harus Kita Ajak Kenalan dan Ngobrol!”

Foto : Antusiasme peserta didik dalam kegiatan MPLS.

Hari pertama Jordan Chen masuk sekolah di SMP Santo Yakobus, pertengahan Juli 2025. Anak lelaki yang akrab dipanggil Jordan ini mengikuti Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SMP Santo Yakobus dengan rasa malu-malu. Tidak banyak bicara dengan ratusan peserta didik baru kelas 7 yang sedang mengikuti MPLS.

“Hari pertama MPLS itu aku diam saja. Paling hanya bicara sama Samuel,” kata Jordan.

Pengalaman MPLS hari berikutnya justru lebih menyedihkan. Samuel, teman pertama Jordan, tidak masuk sekolah. Jadinya Jordan hanya diam saja.

“Waktu itu perasaan saya sedih soalnya saya terlalu pemalu untuk bicara dengan orang lain,” ucapnya ketika ditemui di depan ruang kelas 7D awal Agustus 2025.

Selang dua minggu, Jordan sudah bisa berbaur dengan teman-teman sekelasnya.

“Sekarang aku sudah tidak terlalu pemalu lagi.”

Foto : Peserta MPLS TK bermain simpul tangan bersama.

Dua tips

Sebuah kenyataan yang harus diterima seorang Skolastika Nathania Putri, peserta didik kelas 11, SMA Santo Yakobus, adalah dirinya tak mungkin bisa langsung berbaur dengan semua orang di hari pertama masuk sekolah.

Mengingat dirinya tidak berasal dari SMP Santo Yakobus, Nia sadar bahwa ia memasuki sebuah lingkungan sekolah yang baru dan berbeda dari sekolahnya yang lama.

“Gak apa-apa tuh kita masih takut-takut berteman. Tapi lama-kelamaan kita harus sudah mulai berbaur,” ujar Nia ketika ditemui di area membran, dekat Daycare Santo Yakobus, akhir Juli 2025.

Ketika sudah bertemu dengan satu orang yang mau berteman dengannya, Nia menambahkan, dirinya langsung mulai cari topik obrolan yang simple seperti topik mata pelajaran, guru atau tentang sekolah lamanya.

Nia mengingatkan juga, kita harus berfikir positif tentang teman baru ini.

“Jangan langsung berpikir negatif kalau orang ini, misalnya, suka ngomongin orang atau gak excited sama kita,” kata Nia dengan wajah sedikit serius.

Tips kedua dari Nia adalah perluas lingkup pertemanan. Lingkup pertemanan tidak hanya sebatas teman sekelas atau seangkatan. Bagi Nia, kakak dan adik kelas bisa jadi teman. Selain itu, koneksi pertemanan bisa diperoleh dari sesama peserta kegiatan ekstrakurikuler maupun hobi.

“Dengan hobi-hobi tersebut, dengan kesukaan yang sama, kita bisa menambah pertemanan lagi.”

Foto : Peserta MPLS mengikuti school tour ke lapangan terbuka hijau.

Adaptive & Agile

Sebagai kata sifat, “adaptif” berarti tanggap melihat perubahan dan bersikap aktif dalam menanggapi perubahan zaman.

“Terhadap perubahan-perubahan itu, setiap pribadi harus memiliki ketangguhan dan konsistensi komitmen untuk mau keluar dari zona nyamannya,” ujar Eko Hadi Purnomo, Kepala Bagian Strategi & Inovasi Sekolah Yayasan Santo Yakobus, Jumat (8/8/2025) di kantornya.

Nilai Agile mengiringi nilai Adaptive dalam rangkaian nilai GREAT Yakobian. Kata “agile” bisa dipadankan dengan kata “lincah” yang berarti tidak kaku terhadap situasi tertentu dan mampu memposisikan diri secara tepat pada setiap situasi yang berubah.

“Seorang Yakobian haruslah pribadi yang peka terhadap perubahan zaman dan berani bersikap secara konsisten untuk bisa berjalan seiring dengan perubahan,” kata Eko.

Perihal beradaptasi, YP. Wahyu Gunawan, Staf Strategi & Inovasi Sekolah Yayasan Santo Yakobus, menjelaskan, menyesuaikan diri di tempat baru atau bahkan pada sebuah pengalaman yang awalnya begitu asing, bukan suatu hal yang sulit.

Program-program kegiatan inovatif yang diselenggarakan oleh Sekolah Santo Yakobus mengasah kemampuan dan keterampilan adaptasi peserta didik untuk semakin gesit (agile) dalam bertindak mencari dan menemukan solusi.

“Dengan demikian, petualangan belajar mereka di Sekolah Santo Yakobus akan semakin menggembirakan,” tegas Wahyu.

Foto : Nia, salah satu tim OSIS SMA Santo Yakobus.

Percaya diri

Kedua tips dari Nia tadi hanya mungkin dilakukan jika ada rasa percaya diri dalam diri kita. Lantas bagaimana jika sulit merasa percaya diri di lingkungan yang terasa serba asing?

“Kalau aku di tempat yang baru, pertama, aku lihat sekeliling. Lalu bertanya, karakteristik sekolah ini nih kayak gimana? Lingkungan belajarnya kayak gimana?”

Menurutnya, kalau kita sudah kenal kondisi lingkungan sekitar, dalam hal ini adalah sekolah, kita akan lebih mudah menjalin relasi pertemanan.

Prinsip bergaul ini bukan isapan jempol. Di tahun pertamanya, Nia sudah terlibat aktif di tim Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) SMA Santo Yakobus. Kini, Nia sudah masuk dalam tim OSIS SMA Santo Yakobus.

Rasa takut untuk berkenalan di awal masa sekolah itu wajar. Bagi Nia, biarkan waktu yang bekerja.

“Bisa saja satu bulan kemudian kita dapat teman atau satu minggu kemudian atau dua hari kemudian. Gak apa. Kita beradaptasi.”

Singkatnya, bagi Nia, jangan ada orang lagi sendirian, lantas dibiarkan begitu saja.

“Dia harus kita ajak kenalan dan ngobrol!” ujarnya lugas.***